
Pernahkah kalian minder dan merasa gak berguna? Mungkin karena kelemahan kita, fisik kita, melihat prestasi orang lain, kesuksesan orang lain, atau kekayaaan orang lain?
Saya yakin pasti banyak dari kalian yang sudah pernah mengalami. Saya juga sering. Kali ini saya akan menceritakannya.
Semua berawal ketika saya masih duduk di kelas 1 sampai 3 SD, ketika itu sering diejek beberapa teman tentang fisik. Mulai dari dikatain gendut, males olahraga, rambut kaya landak, sampai saya yang sering disamakan dengan tikus.
Yup benar, hewan tikus. Hewan jorok yang banyak tinggal di selokan itu.
Tapi yang paling kerasa impact nya yaitu ketika dikatain gendut. Mulai terlintas di benak saya
“Iya juga ya, temen lain banyak yang kurus. Kenapa ya aku masih gendut? Kenapa aku gak bisa kurus kaya mereka?”.
Seperti anak kecil lainnya yang kalau diejek besoknya lupa, saya juga sama. Besoknya mulai semangat lagi deh pergi sekolah.~
Masalah muncul lagi ketika kelas 7. Sebelum itu udah kenal medsos sejak kelas 5 SD, tapi entah kenapa rasa minder muncul pertama kali ketika kelas 7. Saya sudah banyak follow akun media sosial yang kebanyakan isinya orang terkenal yang akunnya udah centang biru.
Sudah pasti mereka orang yang sukses and of course punya banyak duit.
Ada yang foto liburan ke Jepang. Ada yang keterima di sekolah bergengsi seperti di St. Louis, Mountain View, BPK Penabur. Ada yang Foto dikaca pakai iPhone, seakan ada pesan tersirat didalamnya “Ini lho, hp orang kaya itu kaya gini dong.”. Ada juga yang usianya sama seperti saya tapi udah jadi sukses dan kaya raya, dan masih banyak lagi.
Itu doang yang buat minder? Jelas enggak.
Di sekolah ada murid yang selalu di peringkat teratas dalam prestasi akademis, ada juga prestasi dalam bidang olahraga seperti Tae Kwon Do, basket, renang, badminton.
Impactnya? Pikiran-pikiran negatif mulai muncul lagi,
“Kenapa aku gak bisa sukses kaya mereka?’’
“Kapan ya aku bisa pintar olahraga?”
“Kok bisa mereka berprestasi, tapi aku enggak?”
Pikiran-pikiran itu membuat prestasi kelas 7 menurun dan keterusan sampai kelas 8 Semester 1. Jadinya, saya udah merasa seperti sampah, udah gak ada harapan, juga gak jarang buat kelebihan yang saya punya seperti gak guna lagi.
Setelah itu saya sadar, kalo dibiarin kelamaan enggak baik buat kesehatan mental, setiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Bunga tidak mekar secara bersamaan, dalam artian setiap orang tidak sukses dengan waktu yang sama melainkan dengan proses dan cara yang berbeda. Siapa tahu kita dapat sukses dengan cara kita sendiri. Who knows?
Foto mereka yang di media sosial pastinya dipilih mana yang bagus sebelum diposting. Foto-foto di medsos nggak menjamin orang tersebut bahagia. Bisa saja ada kesedihan dibalik foto tersebut yang tidak kita tahu.
Pelajaran berhaga yang saya ambil disini yaitu bersyukur, dan menjadi diri sendiri. Bersyukur apa yang kita punya sekarang. Jadi diri sendiri tanpa banyak menuruti apa kata orang. Karena selalu mengikuti orang lain akan terus membuat kita merasa kekurangan.
Tentu boleh membandingkan diri dengan orang lain, namun jangan sampai membuat diri kita minder dan insecure. Jadikan sebagai motivasi agar bisa lebih baik lagi.
Karena itu konsep pemikiran saya mulai berubah. Akhirnya saya udah semangat lagi menjalani hari-hari saya sebagai pelajar.
Jadi buat kalian yang sedang minder, putus asa karena melihat keberhasilan orang lain seperti saya dulu. Yuk, mulai sekarang jadi diri sendiri, dan fokus mengembangkan kelebihan yang kita punya.
“Be yourself, be the best version of you, do what you love, and love what you do.”